TEORI-TEORI PEMBELAJARAN
Jika
menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tulisan ini akan dikemukakan lima
jenis teori belajar, yaitu: (A) teori
behaviorisme; (B) teori belajar kognitif menurut Piaget; (C) teori pemrosesan
informasi dari Gagne, (D) teori belajar gestalt, dan (E) teori belajar alternative
Konstruktivis.
A.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
B.
Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut
sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa
perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory
motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan
(4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses
rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton
(2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person
takes material into their mind from the environment, which may mean changing
the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”.
Dikemukakannya
pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
C.
Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan
hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5)
ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
D.
Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan
arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa
obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu :
Hubungan bentuk dan latar (figure
and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu
obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari
latar belakang.
E. Teori Belajar Alternatif Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang
lain.Sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Hasil belajar bergantung pada pengalaman dan perspektif
yang dipakai dalam interpretasi pribadi. Sebaliknya, fungsi pikiran
menginterpretasi peristiwa, obyek, perspektif yang dipakai, sehingga makna
hasil belajar bersifat individualistik. Suatu kegagalan dan kesuksesan dilihat
sebagai beda interpretasi yang patut dihargai dan sukses belajar sangat
ditentukan oleh kebebasan siswa melakukan pengaturan dari dalam diri siswa.
Tujuan pembelajaran adalah belajar how to learn. Penyajian isi KBM fakta
diinterpretasi untuk mengkonstruksikan pemahaman individu melalui interaksi
sosial.
Untuk mendukung
kualitas pembelajaran maka sumber belajar membutuhkan data primer, bahan
manipulatif dengan penekanan pada proses penalaran dalam pengambilan
kesimpulan. Sistematika evaluasi lebih menekankan pada penyusunan makna secara
aktif, keterampilan intergratif dalam masalah nyata, menggali munculnya jawaban
divergen dan pemecahan ganda. Evaluasi dilihat sebagai suatu bagian kegiatan
belajar mengajar dengan penugasan untuk menerapkan pengetahuan dalam konteks
nyata sekaligus sebagai evaluasi proses untuk memecahkan masalah.
Selama ini
masyarakat kita berada dalam suatu budaya dimana belajar dipandang sebagai
suatu proses mengkonsumsi pengetahuan. Guru bukan sekadar fasilitator,
melainkan sebagai sumber tunggal pengetahuan di depan kelas. Pembelajaran yang
sedang dikampanyekan, disosialisasikan justru berbeda dengan pandangan
tersebut. Belajar adalah suatu proses dimana siswa memproduki pengetahuan.
Siswa menyusun pengetahuan, membangun makna (meaning making), serta
mengkonstruksi gagasan. Pada dasarnya teori kontruktivisme menekankan bahwa
belajar adalah meaning making atau membangun makna, sedang mengajar
adalah schaffolding atau memfasilitasi. Oleh karena itu skenario suatu
pembelajaran maupun kegiatan belajar mengajar yang hanya terhenti pada tahapan
dimana siswa mengumpulkan data dan memperoleh informasi dari luar yakni guru,
narasumber, buku, laboratorium dan lingkungan ke dalam ingatan siswa saja,
belumlah cukup, karena siswa masih berada pada tingkatan mengkonsumsi
pengetahuan. Karena itu perlu langkah-langkah yang menunjukkan tindakan siswa
mengkonstruksi gagasan untuk memproduksi pengetahuan. Langkah-langkah
inilah yang sedang disosialisasikan dua tahun terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar