Kamis, 28 November 2019

PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH






DISUSUN OLEH :
KELOMPOK                                     : V (LIMA)
ANGGOTA KELOMPOK                : ARI FERIWANDANI S
                                                              HIKMA RAMADHANI
                                                              ASTI AMELIA PUTRI
                                                              AULIYA RAMADHANTI
                                                              SARA AFRIANDA



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdullilah atas segala rahmat, hidayah dan inayah yang telah diberikan Allah SWT sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah“
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon maaf dan dengan senang hati menerima kritik dan saran sebagai bekal acuan untuk lebih baik dikemudian hari.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi bekal pengetahuan dan manfaat bagi kita semua.


                                                                        Jambi, 06 Maret 2019

                                                                       
                                                                               Tim Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................          2
DAFTAR ISI .............................................................................................................           3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ..............................................................................                    4
1.2  Rumusan Masalah ......................................................................................                      5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................            5           
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................           5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1  Karakteristik & Aspek perkembangan anak usia sekolah menengah..................              6
2.2  Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menengah................................                 16
2.3  Problematika dan solusi perkembangan anak usia sekolah...............................                17
BAB 3 PENUTUP
3.1  Kesimpulan ...............................................................................................                       21
3.2  Saran .......................................................................................................                         21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................            22










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Permasalahan bagi manusia akan semakin kompleks ketika mereka menginjak usia remaja, usia dimana mereka masih berada di jenjang pendidikan usia sekolahmenengah. Pada masa itulah mereka mulai mengenal lingkungan atau masyarakat lebihluas, yang selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang lebih rumit danmemerlukan penanganan yang sangat serius.
Permasalahan bagi peserta didik usia sekolah menengah timbul baik dari internataupun ekstern yang mana keduanya sangat mengganggu proses belajar dan pembelajaran peserta didik di usia itu. Keingin tahuan pada usia sekolah menengahsangatlah besar karena pada masa itu mereka mencari jati diri dan figur yang di idolakan oleh mereka.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengemban fungsi pendidikan (transformasi nilai dan norma sosial). Dalam kaitan dengan pendidikan, peran sekolah tidak jauh berbeda dengan perankeluarga, yaitu sebagai tempat perlindungan jika anak mengalami masalah.
Bagi seorang pendidik haruslah tahu keadaan peserta didiknya dan harus bisa mengarahkan pada hal-hal yang positif, sehingga peserta didik pada usia sekolah menengah tersebut akanterarah pada hal-hal positif. Pendidik juga harus mengetahui gejala-gejala yang terdapat pada peserta didik dan memberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi keadaan peserta didik. Selain itu, di setiap sekolah lanjutan diadakan guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.




1.2 Rumusan Masalah
1.Perkembangan apa saja yang terjadi pada masa anak usia sekolah?
2. Apa saja tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menengah?
3. Apa problematika dan solusi perkembangan anak usia menengah?
1.3 Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui karakteristik perkembangan anak usia sekolah menengah.
2.    Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya perkembangan anak usia sekolah menengah.
3.    Untuk mengetahui problematika dan cara penyelesaian perkembangan anak usia sekolah menengah.
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat bagi penulis:
1)      Mendapat ilmu pengetahuan yang baru.
2)      Dapat memahami perkembangan anak usia sekolah menengah.
3)      Mendapat kesempatan untuk mempelajari materi perkembangan anak usia sekolah menengah.
Manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat:
1)      Dapat lebih memahami perkembangan anak usia sekolah menengah.
2)      Mampu menerapkan pengetahuan perkembangan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Karakteristik &Aspek-aspek PerkembanganAnakUsiaSekolah Menengah
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman dan Riva, 1996).
Ditilik dari segi usia, siswa SLTP (SMP dan MTS) dan SLTA termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa. Menurut Konopka (Pikunas,  1976) fase ini meliputi:
1.      Remaja awal: 12-15 tahun
2.      Remaja madya: 15-18 tahun
3.      Remaja akhir: 19-22 tahun.
Jika dilihat dari klasifikasi usia tersebut, maka siswa sekolah menengah termasuk kedalam kategori awal dan madya. Untuk memahami lebih lanjut tentang remaja, pada uraian berikut dapat dipaparkan mengenai karakteristik aspek-aspek perkembangannya.

1.  Aspek Fisik
Secara fisik, masa remaja ditandai dengan dengan adanya pubertas yaitu masa ketika sesorang mencapai kematangan seksual dan kemampua nreproduksi. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis pembuluh mani, dan kelenjar prostat. Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium. Ovarium menghasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Matangnya organ-organ  seksual memungkinkan wanita remaja untuk mengalami menstruasi.
Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir hormon, yaitu zat-zat kimia yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa keseluruh tubuh oleh aliran darah. Konsentrasi hormon-hormon tertentu meningkat secara dramatis selama masa remaja, seperti hormon testosteron dan estradiol.
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut :
a.       Pengaruh Keluarga
Pengaruh Keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor  lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya.
b.      Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup.
Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
c.       Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.


d.      Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki.
e.       Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi.
f.       Kesehatan                                                                                                          
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang sering sakit.
g.      Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah ; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan”mimpi pertama” pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.

2. Aspek Intelektual
Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif tersebut lebih penting dari pada sekedar mengerti. Pada masa remaja, peserta didik mulai mengembangkan cara berpikirnya.
Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir operional formal. Tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak (seperti memecahkan persamaan aljabar), idealistik (seperti berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain dan masyarakat) dan logis (seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah).
Pada masa ini terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan dan pengambilan keputusan.
Faktor –faktor yang mempengaruhi intelektual seseorang adalah :
a.     Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia  
mampu berpikir reflektif.
b.    Banyak pengalaman dan latihan-latihanmemecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berfikir proporsional.
c.     Adanya kebebasan berfikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam
penyusunan hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara
keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan yang baru dan benar.

3. Aspek Bahasa
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa  itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan diganti dengan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul. Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diluar remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan menertibkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”. Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa :
a)      Umur anak
b)      Kondisi lingkungan
c)      Kecerdasan anak
d)     Status sosial ekonomi keluarga
e)      Kondisi fisik


4. Aspek Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Pertumnbuhan organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-persaan baru yang belum dialami sebelumnya. Dalam budaya Amerika, periode ini dipandang sebagai masa Strom & Stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan terealisasi dan kehidupan sosial budaya orang dewasa. (Pinukas, 1976).
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa-masa kuliah, bedanya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya. Beberapa kondisi emosional yang akan dirasakan oleh remaja adalah seperti cinta / kasih sayang, gembira, kemarahan, permusuhan, ketakutan dan kecemasan.         
Adapun ciri-ciri emosional remaja yang berusia 12-15 tahun menurut Biehler (1927) adalah sebagai berikut :
a.         Cenderung bersikap pemurung, hal ini disebabkan oleh faktor biologis dan hubungan kematangan seksual dan sebagaian lagi karena kebingungannya dalam menghadapi orang dewasa.
b.        Berperilaku kasar untuk menutupi kekurangannya dalam hal percaya diri.
c.         Sering terjadi ledakan emosi.
d.        Tidak toleran terhadap orang lain.
e.         Ada perasaan marah dengan gaya orang dewasa / guru yang bersikap serba tahu.
Sedangkan ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :
a.         Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan masa kanak-kanak ke dewasa.
b.        Dengan berubahnya kebebasan. Banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati, dan nasihat dari orangtua.
c.         Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.
      
5. Aspek Sosial
Pada masa ini perkembangan sosial cognition, yaitu kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap confomity (konformitas), yaitu kecenderungan  untuk meniru, mengikuti, opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain. Perkembangan konfomitas ini dapat berdampak positif atau negatif bagi remaja sendiri, tergantung kepada siapa atau kelompok mana dia melakukan konformitasnya.
Terkait dengan hal ini, Luskin Pikunas (1976;257-259) mengemukakan pendapat McCandles dan Evans yang berpendapat bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginannya untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang dewasa dan budaya.

6. Aspek Kepribadian
Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas atau jati dirinya). Remaja  dihadapkan kepada berbagai pertanyaan: ”who am i, man ana, siapa saya?” (keberadaan diriya), akan menjadi apa saya? Apa peran saya dan mengapa saya harus beragama?
Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan social, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion) sehingga cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat.





7. Kesadaran Beragama
Pikunas (1976) mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas utama perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Pendapat ini menunjukkan tentang pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalamin proses yang cukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diharapkan.
Proses kesadaran beragama remaja itu dipaparkan pada uraian berikut:
a.         Masa Remaja awal (usia 13-16 tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, yaitu dengan mulai tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks, yaitu: ciri primer (menstruasi pada anak wanita dan mimpi pertama pada  remaja pria) dan ciri sekunder (tumbuh kumis, jakun, dan bulu-bulu disekitar kemaluan pada remaja pria dan membesarnya buah dada/payudara, membesarnya pinggul dan tumbuhnya bulu-bulu disekitar kemaluan pada remaja wanita).
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul karena disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
1.      Faktor internal, terkait dengan 1). matangnya organ-organ seks yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain dia tahu perbuatan itu dilarang oleh agama. 2). Berkembangnya sikap independen, keinginan untuk hidup bebas, tidak mau terikat dengan norma-norma keluarga, sekolah atau agama.
            2.      Faktor eksternal, terkait dengan 1). Perkembangan kehidupan sosial budaya dan masyarakat yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama. 2). Perilaku orang dewasa, orang tua sendiri.

b.      Masa Remaja Akhir (17-21 tahun)
Secara psikologis, pada masa ini emosi remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah melibatkan diri kedalam kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya.

Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah
1.    Perkembangan fisik pada siswa usia sekolah menengah ditandai dengan adanya perubahan bentuk, berat, dan tinggi badan. Selain hal itu, perkembangan fisik pada usia ini ditandai pula dengan munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Hormon testoterone dan estrogen juga turut mempengaruhi perkembangan fisik.
2.    Perkembangan intelektual siswa SMP ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional. Selain itu, kemampuan mengingat dan memproses informasi cukup kuat berkembang pada usia ini.
3.    Perkembangan pemikiran sosial dan moralitas nampak pada sikap berkurangnya egosentrisme. Siswa SMP dan SMA juga telah mempunyai pemikiran politik dan keyakinan yang lebih rasional.
4.    Terdapat berbagai mazhab atau aliran dalam pendidikan yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Di antaranya adalah aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi.
5.    Papalia dan Olds (1992:7-8) menyebutkan faktor internal dan eksternal yang telah memberi pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Urie Bronfenbrenner menyatakan ada 4 tingkatan pengaruh lingkungan seperti, sistem mikro, meso dan exo yang membentuk pribadi anak. Sedangkan pandangan konvensional menyatakan bahwa ada 3 faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan siswa SLTP dan SMU, yaitu pembawaan, lingkungan dan waktu.

Perbedaan Individu dan Kebutuhan Anak Usia Sekolah Menengah
1.    Secara garis besar, perbedaan individu dikategorikan menjadi 2, yaitu perbedaan secara fisik, dan psikis. Perbedaan secara psikis meliputi perbedaan dalam tingkat intelektualitas, kepribadian, minat, sikap dan kebiasaan belajar.
2.    Dalam pandangan yang lain, perbedaan individual siswa sekolah menengah dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial dan kemampuan nyata. Kemampuan nyata dapat disebut sebagai prestasi belajar.
3.    Indikator perilaku intelegen menurut Witherington antara lain:
1.    Kemudahan dalam menggunakan bilangan.
2.    Efisiensi dalam berbahasa.
3.    Kecepatan dalam pengamatan.
4.    Kemudahan dalam mengingat.
5.    Kemudahan dalam memahami hubungan.
6.    Imajinasi.
4.    Gage dan Berlinier (1984:165) mempunyai pandangan tentang kepribadian sebagai berikut. Personality is the integration of all of persons traits abilities, motives as well as his or her temperament, attitudes, opinios, beliefs, emotional responses, cognitive styles, characters and morals.
5.    Menurut Murray, kebutuhan individu dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu viscerogenic dan psychogenic. Kemudian kebutuhan psychogenic dibagi lagi menjadi 20 kebutuhan.
6.    Kebutuhan yang cenderung dominan pada siswa sekolah menengah berdasarkan 20 kebutuhan menurut konsep Murray, adalah seperti ini:
1.      Need for affiliation
2.      Need for aggression
3.      Autonomy needs
4.      Conteraction
5.      Need for dominance
6.      Exhibition
7.      Sex.
2.2 Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah
Tugas-tugas perkembangan terkait dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang seyogyanya dimiliki setiap siswa sesuai dengan fase perkembangannya.
1)            Munculnya Tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor
          faktor berikut:
a.         Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, dan (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja, karena kematangan hormon seksual.
b.        Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (1) belajar membaca, (2) belajar menulis, (3) belajar berhitung, (4) belajar berorganisasi.
c.         Tuntutan dari dorongan dan cita-cita siswa itu sendiri misalnya (1) memilih pekerjaan, (2) memilih teman hidup.
d.        Tuntutan norma agama, misalnya(1) taat beribadah kepada Allah, dan (2) berbuat baik kepada semua manusia.

Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1.    Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
2.    Mencapai kemandirian emocional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas
3.    Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
4.    Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar
5.    Menemukan manusia model yang dijadikan pusa tidentifikasinya
6.    Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri
7.    Memperoleh Self-control atas dasar skal anilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup
8.    Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan
9.    Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
10.                        Mengembangkan keterampilan intelectual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
11.                        Memilih dan mempersiapkan karir
12.                        Memiliki sikap positif terhadap  pernikahan dan hidup berkeluarga
13.                        Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Elizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak sekolah menengah atas sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam perkerjaan dibanding dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Apabila dilihat dari tahapan karier dari Super dan Jordaan (John Milton Dillard, 1985:200, masa remaja termasuk tahap eksplorasi pada tingkat tentatif dan transisi (usia 15-21 tahun). Pada tahap tentatif (15-17), faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan.
2.3 Problematika Peserta Didik Usia Sekolah Menengah dan Solusinya
Permasalahan yang dialami manusia tidak akan pernah putus sampai ajal menjemput, permasalahan manusia akan semakin memuncak ketika mereka menginjak usia transisi dimana keingintahuan yang sangat tinggi dengan semangat yang menggebu-gebu akan sia-sia tanpa bimbingan yang terarah, perkiraan usia transisi manusia yaitu ketika mereka berada di jenjang sekolah tingkat menengah, ketika mereka menginjak remaja dan dewasa awal, mereka lebih tenar dengan istilah ABG (anak baru gede).
      Dalam buku karangan Prof.Dr.H.Sunarto dan Dra.Ny.B.Agung Hartono dalam bukunya perkembangan peserta didik, menerangkan beberapa permasalahan remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya sebagai berikut:
1. Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dicapai dengan mudah oleh mereka. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas besar , sedang dipihak lain harapan ditumpukan pada mereka untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Kegagalan mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih lanjut dapat mengakibatkan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam, atau kurang harga diri.
2. Sering kali remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan fisiknya. Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi, walau hal ini tidak terjadi pada semua remaja.
3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering salah tingkah dan perilaku yang menentang norma (bagi remaja laki-laki) serta berperilaku mengurung diri (bagi remaja perempuan).
4.  Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian dalam artian menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan menghadapi berbagai macam permasalahan, terutama masalah penyesuaian emosional. Kehidupan bermasyarakat menuntut mereka untuk banyak menyesuaikan diri, namun yang terjadi semuanya tidak selaras dengan kenyataan. Dalam hal ini terjadi ketidak selarasan antara pola hidup masyarakat dan perilaku yang menurut remaja baik, remaja merasa selalu disalahkan dan akibatnya meraka frustasi dengan tingkah lakunya sendiri.
5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan berbagai jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja.
6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang dipihak remaja merasa memiliki norma dan  nilai kehidupan yang dirasa lebih sesuai dari pada nilai dan norma dikalangan masyarakat luas.
Untuk mengembangkan kepribadian anak secara sempurna maka ada beberapa hal yang harus diterapkan oleh orang tua pada usia sekolah menengah antara lain:
a.    Bersikap tidak membedakan
Salah satu cara yang salah yang sering dilakukan oleh orang tua yang membuat anak menjadi jahat adalah sikap membedakan. Sebagian orang tua kadang lebih condong pada anak laki-lakinya dan juga sebaliknya lebih condong pada anak perempuan. Sikap membedakan yang demikian ini akan meninggalkan pengaruh negatif pada kejiwaan anak, pengaruk negatif ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaannya yang kemudian akan mengantar anak pada kehancuran bahkan tidak jarang sikap negatif ini menular pada anak cucu mereka.
b.    Perhatian dan pengarahan yang baik
Salah satu sarana untuk menghindarkan anak dari sikap jahat adalah dengan pendekatan psikologis, orang tua harus bersikap lebih mengerti pada kondisi anak. Ketika hendak membenarkan sesuatu yang salah pada anak orang tua tidak boleh menggunakan kekerasan dan meluapkan emosi.
Orang tua harus berbicara dengan lemah lembut yang disertai dengan nasehat-nasehat. Sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Thoha ayat 44 yang artinya “maka berbicaralah kamu keduanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah dia ingat atau takut”.


c.    Menanamkan taqwa dalam jiwa anak
Seluruh dosa sebenarnya adalah sifat-sifat yang hina, untuk menyelamatkan diri dari hal tersebut jalan keluarnya adalah menanamkan ketaqwaan pada jiwa anak. Apabila tangkai-tangkai pohon kejahatan itu layu dan daun-daunnya rontok berjatuhan, maka akar-akarnya akan tumbang dan mati, artinya dalam kehidupan sosial terdapat sifat-sifat jelek yang ada pada diri manusia seperti kikir, takabur, suudzon dan lain-lain. Jika seseorang dapat menahan dari segala sifat-sifat buruk tersebut maka dia akan terlepas dari dosa-dosa, begitu juga pada anak, pendidikan seperti ini perlu ditanamkan oleh orang tua demi kebaikan jiwa pada diri anak.













BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari pembahasan diatas jelas sekali kondisi peserta didik usia seklah menengah masih sangat sangat labil, mereka memerlukan bimbingan orang yang lebih dewasa dan petunjuk mereka atas masalah-masalah yang belum bisa mereka pecahkan, perubahan kondisi peserta didik pada usia sekolah menengah ini banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat cultural.
Problematika remaja secara garis besar terdapat dua faktor yaitu faktor intern (dari dalam diri remaja itu sendiri) dan faktor ekstern (dari luar diri). Yang sangat menonjol dari problematika remaja adalah yang berhubungan kultural dan psikososial.
3.2  Saran
Solusi yang sangat tepat bagi remaja atas apa yang menimpa mereka adalah usaha mereka sendiri untuk bisa menerapkan kiat-kiat supaya mereka tidak terlena dengan masalah-masalah yang menimpa mereka, dan melaksanakan anjuran-anjuran yang telah dijelaskan diatas. Perhatian orang lain juga sangat membantu mereka untuk memecahkan masalah yang menimpa.








DAFTAR PUSTAKA
Ernest, R.H. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Gunarsa, S. 1987. Psikologi Anak  Bermasalah. Jakarta: Gunung Mulia.

Hurlock, Elisabet B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Mazhariri. 2000. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Centera.

Rifa’I, S. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: Bina Aksara.

Susilowindradini. 1980. Psikologi Perkembangan. Surabaya: Usaha Nasional

Samsunuwiyati, Mar’at. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunarto, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Oemar, Hamalik. 1990. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Baharuddin, H. 2007.  Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Danim, Sudarman. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta.

Hartono, Agung Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar